Cinta ikhlasmu pada
manusia
Bagai cahaya suarga
Dapatkah kami membalas
cintamu
Secara bersahaja
Rindu kami padamu Yaa
Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Yaa
Rasul
Serasa dikau disini
Dua bait lirik lagu itu
memenuhi setiap jengkal kepalaku. Tergetar bibir ini menyenandungkan lagu tersebut.
Tergetar hati ini dikala melintasi hujan gerimis tadi sore. Tak terasa air mata
pun turut mengalir menyatu dengan lantunan suara rintikan hujan.
Selalu terpesona akan
kisahmu, akan perjalanan hidupmu, perjuanganmu dalam menegakkan kalimatullah.
Hingga sampai akhir hayatmu hanya umatmu lah yang kau khawatirkan. Khawatir
akan banyak umatmu yang kemudian berbalik ke belakang kembali kepada
kekafirannya. Adakah sampai wahyu dari sang Maha Agung hingga hari kiamat
kelak?
Nyatanya Wahyunya bisa
sampai kepada umatmu kini. Bahkan lebih canggih, bisa selalu ada dalam
genggaman. Namun karena itupun dapat lebih melalaikan karena terlena akan
kecanggihan sebuah aplikasi di handphone.
Cinta ikhlasmu pada
manusia. Sungguh bukan cinta biasa hingganya yang selalu kau ingat hingga akhir
hayat mu “Ummati, Ummati, Ummati!” Sebegitunya mengingat umat, bukan hanya umat
yang hidup saat zaman rasulullah saja pun juga umat yang hidup setelahnya
hingga kelak hari kiamat.
Ya Rasulullah adakah
kelak kau akan mengenaliku? Selaku umatmu ini? Saat ini aku bisa mengaku bahwa
aku umatmu. Namun adakah kelak di telaga kautsar saat orang-orang
berbondong-bondong mencari Nabinya untuk mendapat syafaat. Adakah kelak kau
mengenaliku?
Saksikanlah yaa
Rasulullah aku ini umatmu. Kenalilah aku selaku umatmu. Ya Rasulullah.. aku
berusaha sungguh-sungguh mengikuti pola perjuanganmu Ya Rasulullah. Wahai Engkau
sang Kekasih Allah. Kenalilah aku ini umatmu Ya Rasulullah.
Cinta ikhlasmu bagai
cahaya surga. Setiap jerih langkahmu menyampaikan kebenaran dari Rabbmu
menyentuh hati seluruh umat rahmatan lil’alamin. Pun hati ini selalu
bertanya-tanya dapatkah aku membalas cintamu? Sebuah cinta yang ghaib cinta
kepada umat yang ketika itu bahkan belum ada belum terlahir atau bahkan belum
tercipta di alam ruh. Sebuah cinta yang murni karena Allah atas dasar ketaatan
kepada Allah.
Rindu.. iya rindu hati
ini untuk bertemu denganmu. Namun lagi-lagi bertanyatanya hati ini. Adakah
kelak Engkau mengenali aku umatmu? Sakit rasanya mengaku rindu bertemu berjumpa
melihat wajah teduhmu namun saat berjumpa di telaga kautsar kelak Engkau tak
mengenaliku. Sakit rasanya jika rindu ini tak berbalas.
Rindu yang tiada terperi
ini adakah dapat terbuktikan, bukan hanya diyakini dan diucapkan. Tapi juga dilaksanakan.
Dilaksanakan sesuai rukunnya sebagaimana dulu engkau melaksanakan segala yang
diperintahkan oleh Rabb kepadamu. Bukankah engkau pernah berkata?
“Umatku akan merasakan
apa yang aku rasakan”
Lalu aku bertanyatanya
lagi. Apakah aku telah merasakan jerih payah perjuangan rasulullah dalam
berdakwah? Rasul berdakwah tentu berat sekali, karna bukan sekedar kalimat
manusia yang disampaikan kepada umatnya tapi kalimatullah. Konsekuensinya ketika
berdakwah ialah merasakan kemelaratan, penghinaan, caci makian, diboikot,
dilempari batu, ludah dan kotoran, bahkan sampai berdarah-darah memerangi
mereka yg menentang serta menolak ajaran mu.
Belumlah sampai seperti
itu. Hingganya membuat aku merasa jauuh sekali darimu. Semakin merasa tak
pantas jika mengaku-ngaku umatmu rasul. Kenalilah aku ini umatmu ya Rasulullah. Surat
cintaku ini murni dari lubuk hatiku yang terdalam. Kini telah sampailah pada
hari dimana orang-orang menyaksikan bukti hari kelahiranmu. Tak terbayangkan
jika manusia yang terpuji seperti Engkau tak pernah ada di muka bumi ini
bagaimana nasib umatmu ini kelak?
Dengan penuh kasih sayang
dan kelembutan Engkau menebar rahmat bagi seluruh alam. Menjadi sosok teladan
manusia terbaik yang telah Allah ciptakan. Dengan segala sifat sempurna yang
dimiliki.
Shidiq, Amanah, Fatonah,
dan Tabligh.
Shidiq, Jujur dalam setiap
perkataan antara hati dan perbuatan selalu sejalan di koridor yang Allah ridhoi.
Amanah dalam setiap
mengemban amanah yang diberikan diatas pundakmu sebagai pembawa risalah Allah,
menyucikan setiap jiwa, dan mengajarkan Quran dan hikmah dengan baik.
Fatonah, sifatmu cerdas
dalam setiap gerak langkahmu. Cerdas dalam berdakwah sehingga islam menjadi
rahmatan lil’alamin.
Tabligh, menyampaikan
setiap firman Allah dengan penuh kasih sayang hingganya banyak orang-orang
berserah diri mengikuti ajaranmu.
Semoga keselamatan
selalu menyertai Muhammad, keluarga, sahabat, serta umatnya hingga akhir jaman.
Semoga kelak aku dapat bertemu denganMu yang telah dirundung rindu. Semoga
diakhirat kelak engkau mengenaliku sebagai umatmu. Semoga syafaatmu dapat
menyelamatkanku dari siksa api neraka.
Sekian surat cintaku untukmu, dari hati yang terdalam. Untukmu manusia terbaik pilihan Allah. Muhammad Bin Abdullah
0 comments:
Post a Comment